Pada tanggal 12 Oktober 2019 kemarin Jepang diterpa bencana angin topan Hagibis atau disebut di Jepang sebagai topan No 19. Topan Hagibis ini sangat besar dan kuat melanda hampir sebagian besar wilayah Jepang wilayah Tokai atau wilayah Kanto mulai dari siang hingga malam pada tanggal 12, menyebabkan angin kencang dan hujan lebat dalam waktu yang lama. Topan ini kemudian terus bergerak ke Timur laut dari Jepang Timur ke wilayah Tohoku. Menurut Japan Meteorogical Agency (JMA), curah hujan pada daerah tertentu mencapai 800mm dan kecepatan angin mencapai 45m/s.
Lebih dari itu, awan hujan yang berkembang dari topan itu sendiri akan menyebabkan rekor hujan lebat dalam cakupan wilayah yang luas. Topan Hagibis kali ini itu menjadi rekor hujan lebat yang sebanding dengan topan Kanogawa pada tahun 1958, yang sebagian besar merupakan banjir dari sungai yang meluap. Sehingga Jepang benar-benar waspada terhadap datangnya topan Hagibis berupa badai, gelombang tinggi dan besar, tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat, tergenangnya tanah rendah dan fasilitas bawah tanah, luapan air sungai, serta timbulnya kilat dan tornado.
Pada saat artikel ini dibuat, jumlah total korban meninggal dan hilang masih simpang siur karena pihak berwenang masih terus mengumpulkan data tentang korban dari laporan-laporan masyarakat. Menurut media Asahi, setidaknya 3 meninggal dunia dan 13 hilang pasca kejadian. Sedangkan menurut media Nikkei, terdapat 8 meninggal dunia dan 12 hilang akibat topan Hagibis.
Pemerintah Jepang sendiri sudah mengantisipasi datangnya topan Hagibis ini sejak 1 minggu yang lalu. Sehingga informasi cuaca seperti peringatan yang diumumkan oleh stasiun meteorologi di berbagai tempat dan berbagai jenis media sudah dilakukan sebelum terjadi bencana. Masyarakat juga berbondong-bondong membeli makanan-makanan praktis dan alat-alat darurat seperti senter, lilin, dan lakban. Mengapa lakban? Lakban ditempel di kaca-kaca jendela dan pintu untuk mengurangi serpihan kaca apabila kaca pecah terkena angina kencang. Penulis sempat mengabadikan momen kosongnya barang-barang tersebut dan antrian di supermarket pada malam sebelum tanggal 12 Oktober. Beberapa saat sebelum bencana juga terdapat saran evakuasi oleh city hall melalui pengeras suara di sudut-sudut kota sebelum angin dan hujan semakin kuat, sebelum gelap di malam hari, untuk melindungi hidup dan memastikan keamanan tiap-tiap orang.
Topan Hagibis yang melanda Jepang kali ini merupakan salah satu bencana alam besar yang dialami Jepang. Namun dengan pemanfaatan teknologi dan media informasi, dampak korban yang ditimbulkan akibat bencana dapat diminimalisir. Bencana alam tidak dapat ditolak kedatangannya, tetapi manusia diberi akal oleh Tuhan untuk berpikir bagaimana menghadapinya.
Sumber:
https://www.jma.go.jp/jma/press/1910/11b/201910111100.html
https://www.asahi.com/articles/ASMBD61TPMBDULBJ00H.html
https://www.nikkei.com/article/DGXMZO50945520S9A011C1CZ8000/